Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
- Kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
- Kata
turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
- Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola.
- Jika kata
dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung
boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
- Jika kata
dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
- Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
- Jika kata
dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
- Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba,
kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah
beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
- Gabungan kata atau kata majemuk
- Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar,
orang tua, ibu kota, sepak bola.
- Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
- Beberapa
gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
- Kata ganti
(kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
- Kata depan
atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim
seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ketengah, dari Surabaya.
- Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
- Partikel
- Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
- Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap
padu seperti adapun, bagaimanapun, dll.
Contoh: apa pun, satu kali pun.
- Partikel per- yang berarti "mulai",
"demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
- Singkatan dan akronim.
Akronim
dan singkatan hanya sebaiknya digunakan sebagai judul jika hal tersebut jauh
lebih terkenal daripada kepanjangannya (misalnya AIDS vs. Acquired Immune
Deficiency Syndrome, radar vs. Radio Detection and Ranging).
Seringkali
suatu singkatan yang terkenal kepanjangannya menggunakan bahasa asing sehingga
penutur bahasa Indonesia yang terbiasa menggunakan akronim/singkatan yang telah
diserap dalam bahasa Indonesia tersebut lebih terbiasa dengan singkatannya. Hal
ini juga patut dicermati. Contoh adalah ASEAN vs. Perhimpunan Bangsa-Bangsa
Asia Tenggara.
Untuk
beberapa judul artikel pembaca dalam bahasa Indonesia mungkin akrab dengan
lebih dari satu varian nama, misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB,United
Nations, UN, yang semuanya menunjuk ke entitas yang sama.
Sebisa
mungkin jika kepanjangan suatu akronim dijadikan judul artikel maka perlu
dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia, jika ada, maka sebaiknya padanan
tersebutlah yang dijadikan judul artikel tersebut, misalnya UNESCO vs.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Akronim
atau singkatan yang terdiri dari dua atau tiga huruf tidak sebaiknya dijadikan
judul, kecuali untuk kasus-kasus istimewa, karena akronim dan singkatan yang
terdiri dari dua atau tiga huruf dapat memiliki kepanjangan lebih dari satu
dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Anda disarankan untuk meneliti di
abbreviations.com atau di Wikipedia bahasa Inggris yang lebih lengkap daripada
Wikipedia bahasa Indonesia.
SUMBER:
https://sites.google.com
0 komentar:
Posting Komentar